muaraenimsumsel.today-Acara Silaturahmi Akbar dan Halalbihalal 1443 H / 2022.M. Masyarakat Duson Merinem “Menjalin dan Memperkuat Ukhuwah islamiah” Sabtu 07 Mei 2022 Di Kelurahan Muara Enim
Turut hadir dalam acara ini, Mantan Pesirah H. Yaumala, Herman Juki, Budi Muslim, Ust. Ali Mursyi Rasyid, S.Ag. M. Bus., Ust. Fahmi Hayat Amin, S.Ag, Hardiansyah, SH. MH, Albeni Marsun, Eliar Marsun, Seniman Muara Enim Hasdy Sopyan, Apriasyah Enim, Ibungan Kartini, Tokoh Agama, Tokoh Masyarakat dan Masyarakat Kelurahan Muara Enim dan sekitarnya.
Bapak Herman Juki sebagai Tokoh Masyarakat dalam sambutannya, sekaligus menceritakan Asal usul
cerita sejarah singkat Duson Merinem (Dusun Tua) Muara Enim dan tentang asal-usul Marga Tambelang.
Beliau menceritakan
Bahwa dahulu pada masa zaman penjajahan Belanda Duson Merinem ini adalah pusat lokasi Kebun/Pertanian orang2 Belanda, yaitu pertanian / kebun Kapas yang diberi nama “LAND BOU”, yang saat ini lokasi Kebun Pertanian tersebut diujung Duson Merinem berada di Kampung 8 yang saat ini sudah berdiri Kampus Serasan, SMKN 1, SMKN 2, SMAN 3 dan Kantor Disnaker (BLK).
Dahulu Duson Merinem ini terdiri dari Kampung 1 sampai Kampung 8, yaitu kampung 1 nya adalah KEMAYORAN (Jl. Syekh Jalaluddin) yang saat ini sudah masuk dalam Kelurahan Pasar 1 Muara Enim.
Nama Duson Merinem saat ini ada 2 Jalan, yaitu Jalan. H. Pangeran DANAL dan Jalan. Syekh Yahya. (Syekh Yahya adalah seorang Ulama Besar / Kiyai Asli Muara Enim).
Dimasa penjajahan Belanda pada tahun 1940 an, Duson Merinem ini dipimpin oleh seorang Pangeran, yaitu Pangeran DANAL, Duson Merinem ini termasuk dalam Marga TEMBLANG PATANG PULUH BUBUNG (40 Bubungan Rumah).
Pada tahun 1945, setelah Merdeka, kurang lebih Tahun 1946, masa kepemimpinan Pangeran sudah ditiadakan, digantikan dengan DEPATI.
DEPATI Pertama kali yaitu :
1. ABDUL MUIN (Thn 1946).
2. ABU SAI (krg lbh thn 1957) dari Desa Tanjung Jati).
3. ASYRAD (thn 1960, dari Kemayoran)
4. ZAINAL (Thn 1966 dari Desa Tanjung Raman).
Setelah dari Kepemimpinan DEPATI, digantikan menjadi PESIRAH.
PESIRAH pertama kali yaitu:
1. ASAN CPM / saat itu sbg Pjs.Pesirah (krg lbh thn 1968, dari Desa Muara Lawai).
2. Krg lbh thn 1970 an, PESIRAH dipilih langsung oleh rakyat, terpilih sebagai Pesirah saat itu, DINSERI DINAH. Setelah krg lbh di thn 1973 DINSERI DINAH meletakkan Jabatannya sebagai Pesirah, dikarenakan mencalonkan diri sebagai Anggota DPRD Muara Enim.
3. Krg lbh sampai thn 1975 Jabatan Pesirah dipimpin oleh JUKI SAID.
4. Selanjutnya Jabatan Pesirah krg lbh sampai thn 1978 dijabat oleh SYOPIAN JURI.
Kurang lebih pada tahun 1982 PESIRAH di ganti menjadi KADES, yang saat itu di jabat kembali oleh M. JUKI SAID
pada tahun 1983 jabatan KADES dipegang oleh DANCIK SAAD, dan di Tahun 1984 Jabatan KADES dipilih langsung oleh rakyat.
Yang terpilih saat itu yaitu H. YAUMALA (krg lbh menjabat KADES 8 thn).
Kurang lebih pada tahun 1993 dilakukan pemilihan KADES kembali, dan terpilih saat itu H. SYOPIAN JURI.
Setelah beberapa tahun berikutnya, KADES (Duson Merinem) dijadikan sebagai Kelurahan Muara Enim,
Sebagai Lurah Kelurahan Muara Enim pertama kali yaitu :
1. pada tahun 1996 BAHARUDIN
2. Pada tahun 2000 BAHRUN JUKI
3. pada tahun 2002 RUSDI KHAIRULLAH
4. Pada tahun 2004 M. ASYIK BURHAN
5. Pada tahun 2006 IDWAR RIZAL
6. Pada tahun 2013 H. ABDUL NASIR AZMI
7. Pada tahun 2017 SOLAHUDIN
8. Pada tahun 2020 sampai sekarang dijabat oleh Plt. FIZWAN HAIKAL
Selanjutnya mengenai Sejarah menjadi nama awal Marga beberapa kumpulan desa sebelum marga dihapus.
Menurut penuturan dan cerita dari Bapak Herman Juki
Al Kisah ada Ketam, (sejenis kepiting) yang warnanya Belang berukuran 30 x 30 cm, Ketam (Kepiting) ini dari daerah Gedung Agung, (lahat) menyusuri sungai lematang ke hiliran, sampai lah diantar pertemuan 2 Sungai (sungai Enim dan Sungai Lematang) di simpang (JUNGUT) Dusun Muara Enim, ( RW 4, kampung 5 Muara Enim). Di sini ketam ini kebingungan mau ke hulu atau ke hilir, akhirnya Ketam itu ke hulu sejenak, yaitu daerah Desa karang raja, kemudian Ketam itu kembali ke hilir melewati Muara Enim, meneruskan perjalanan ke Kepur, Tanjung Serian, Tanjung Raman, Muara Gule, Pinang Belarik, Ujanmas, Guci, Ulak Bandung dan berakhir di Desa Penanggiran.
Di Penanggiran ini akhirnya Ketam Belang berakhir.
5 warga yang diawali Tambelang (singkatan dari Ketam berwarna Belang-Belang) ini jika diamati secara bahasa di akhiri dengan e’ dengan logat yang hampir sama.
1. Tambelang Gedung Agung
2. Tambelang Karang Raja
3. Tambelang Muara Enim (PATANG PULUH BUBUNG)
4. Tambelang Ujanmas
5. Tambelang Penanggiran
Sampai saat ini Salah satu Peninggalan Marga TEMBLANG yang masih terus dilestarikan yaitu SASTRA TUTUR ANANANGUAI yang sering ditampilkan oleh Sdr. Apriansyah (seniman Kampung Kemayoran)
Sumber Cerita:
Terima Kasih kepada bapak
HERMAN DJUKI 70th dan
H.Yaumala mantan pesirah 1993.
Selanjutnya menyambung Cerita dari Duson Merinem dan MARGA TEMBLANG tadi, berdasarkan informasi dari Ustd. Ali Mursy Ar Ryasid mengenai Sejarah singkat Ulama Besar Pertama kali menyebarkan agama Islam di Muara Enim (Syekh Jalaluddin/ Puyang Karang Enim :
Zamaksyari Dhofier merumuskan kriteria pondok pesantren yaitu meliputi tiga unsur pertama Kiyai, kedua Santri, dan ketiga sarana fisik. Berdasarkan Naskah Serat centhini Dhofier menyimpulkan bahwa pada abad ke-16 M sudah banyak pesantren-pesantren masyhur di Indonesia menjadi pusat pendidikan Islam.
Kalau kita merujuk kriteria pesantren yang dirumuskan oleh Dhofier, maka pesantren tertua ada di Muara Enim Sumatera Selatan yang didirikan pada abad ke-15 M oleh empat ulama yaitu Syekh Jalaluddin (Puyang Karang Enim), Syekh Jakfar Shadiq, Syekh Ahmad Muhammad, dan trakhir Syekh Yusuf Ibrahim.
Syekh jalaluddin dipercaya sebagai pimpinan. Mereka membuat empat pemondokan sesuai jumlah santri yaitu empat puluh orang ( yang disebut Marga TEMBLANG PATANG PULUH BUBUNGAN) dikarenakan jumlah Santri 40 orang (karena untuk wajib nya Sholat Jumat harus berjumlah 40 orang).
Informasi tentang Syekh Jalaluddin dan cikal bakal pondok pesantren di muara enim terdukumenasi cukup baik dalam naskah kuna Tanjung Raman. Naskah tersebut ditulis dengan aksara ulu dan alat naskanya dari kulit kayu. Naskah kuna tanjung raman sudah di alih aksarakan pada tahun 1972 atas inisatif pemerintah setempat.
Tertulis dalam naskah Maka sepakatlah mehieke jalan bersama menuju ayik lematang. Tibalah meheke di muahe hening diputus kate menetap di muahe hening ayik lematang guna menyebar Agame selam. Dikumpul huning diberi ilmu seuhang mendapat sepuluh muhid. syekh Jalaluddin sepuluh muhid, syekh Ahmad Muhammad sepuluh muhid, syekh Yusuf Ibrahim sepuluh Muhid, syekh Jakfar shadiq sepuluh muhid. Itulah asal mula uhang muara hening tekate patang puluh bubungan temblang .sepakat dikate mehike menunjuk Syekh Jalaluddin menjadi haje patang puluh bubungan di muahe hening temblang.
Terjemah :
Ke empat ulama tersebut sepakat untuk menyebarkan agama Islam di muara enim, mereka mencari murid, maka terkumpulah empat puluh murid, syekh Jalaluddin mendapat sepuluh murid, syekh Ahmad Muhammad dapat sepuluh murid, Syekh Yusuf Ibrahim mendapat sepuluh murid, Syekh Jakfar Shadiq mendapatkan sepuluh murid. Mereka membuat pemondokan sesuai jumlah murid tersebut yaitu empat puluh pemondokan yang disebut sebagai “Patangpuluh bubungan Tembelang” mereka sepakat menunjuk syekh Jalaluddin sebagai pimpinan.
Syekh Jalaluddin datang ke Nusantara pada tahun 1423 M penduduk Muara Enim menyebutnya sebagai “Puyang karang Enim”. Makamnya terdapat di antara desa karang raja dan Kelurahan Pasar 1 Muara Enim kecamatan Muara Enim Sumatera Selatan.
Untuk keturunan Syekh Jalaluddin saat ini masih ada di Kampung Kemayoran yaitu Keluarga Bapak. Alm. ZULKIFLI (Firdaus. ZN ) dan Bapak Ustd. HERWAN KAHLAWI
Untuk peninggalan dari Syekh Jalaluddin yang masih tersimpan dirumah Bapak FIRDAUS saat ini yaitu, AKSARA KAGANGA / BAHASA MUARA ENIM KEGENGE (BEBUE KARANG ENIM) dan KUJUR (TOMBAK).
Hanya ini lah yang dapat kami sampaikan mengenai Sejarah Singkat Duson Merinem, Marga TEMBLANG dan Syekh Jalaluddin. Mohon maaf apabila ada kesalahan dalam penterjemahan, nama, kata2, penulisan dan Kepada Allah SWT kami mohon ampunannya.
Apabila masih ada kekurangan dalam penyampaian ini silahkan diluruskan dan diperbaiki kembali, karena niat kami membuat ini, tak lain dan tak bukan hanya untuk mengenal sajarah, dan untuk generasi2 penerus, khususnya Masyarakat Muara Enim, Karena Kami “PEDULI” dengan Seni Budaya serta Kearifan lokal Daerah Muara Enim
Terima kasih banyak kepada narasumber, terutama kepada Bapak H. Yaumala, Bapak HERMAN JUKI, Ustd. Ali Mursy Ar Rasyid, Bapak Budi Muslim, Bapak Hasdy Syopian, Bapak Albeni Marsun dan semua pihak Panitia SILATURAHMI AKBAR DAN HALALBIHALAL 1443 H Tahun 2022.
Harapan dari Segenap Panitia, semoga tahun2 berikutnya acara ini terus berlanjut dan lebih baik lagi, dan harapannya para para tamu undangan lebih ramai serta dihadiri oleh Pejabat Pemerintah Daerah dan Pemangku kepentingan lainnya.(Red)
Sumber : Freddy Boyas (Mang Boy)